BloggerJomblo.com – Kita akan membahas Kesalahan Pola Asuh Terhadap Anak yang sering terjadi di masyarakat, sehingga menyebabkan terjadinya beberapa kejadian Kekerasan terhadap Anak.
Anak adalah anugrah terbesar dalam kehidupan rumah tangga, banyak pasangan suami istri mendambakan kehadiran dari buah hati (anak) dan melakukan segala macam hal untuk mendapatkan momongan. Namun dibalik itu semua terdapat kesalahan² yang tercipta dan seakan² menjadi budaya karena kebiasaan orang² sebelum mereka.
Kebiasaan yang telah menjadi budaya sebenarnya baik, tapi tidak lah tepat jika diterapkan dengan metode yang salah yang bisa mengancam nyawa dari orang lain. Tidak hanya di dalam rumah, tapi juga di sekolah tempat anak² bermain serta belajar.
Kesalahan Pola Asuh Terhadap Anak menurut #Blogger_Jomblo antara lain :
1. Banyaknya perintah tanpa ada penjelasan/rasionalisasi serta rekomendasi dari orang tua.
Anak masih perlu banyak belajar akan arti kehidupan dan mengenal alam disekitarnya. Namun perintah² yang sering di ucapkan seperti “Jangan brantem” atau “Jangan jajan sembarangan” dsb, akan membuat anak menjadi penasaran kenapa sih aku dilarang berantem, atau kenapa sih aku dilarang jajan sembarangan. Akibatnya anak tersebut akan mencoba untuk berantem dan lain². Hal ini tercipta karena orang tua jarang memberikan alasan/rasionalisasi atas perintah/larangan tersebut.
2. Kesenjangan antara orangtua dan anak.
Orang tua sering kali memposisikan diri mereka diatas, sedangkan anak hanya dianggap seperti anak kecil/bayi yang terlalu diproteksi. Padahal anak memerlukan orang tua tidak sekedar perhatian tapi juga kedekatan secara emosional dan fisik. Dapat kita lihat contoh orang tua² jaman sekarang (lebih OPEN MIND) yang meluangkan sedikit waktunya untuk mengobrol dengan anaknya dan menempatkan diri mereka sebagai sahabat dari anaknya itu. Jika anak memiliki permasalahan, maka orang tua-lah orang terdekat dengan mereka yang bisa diajak ngobrol atau sharing dan curhat.
3. Ketergantungan atas orang lain
Kesalahan yang satu ini sering terlihat ketika kedua orang tua dari anak tersebut bekerja full time, dan menitipkan anak mereka kepada asisten rumah tangga/baby-sitter. Anak tersebut akan lebih dekat dengan si pengasuh ketimbang orang tua kandungnya. Lalu kemana orang tua kandungnya? Dimana peranan mereka dalam mendidik anak?
4. Cara berbicara terhadap anak
Perekonomian seringkali dianggap salah satu pemicu utama terjadinya “stress”, karena orang tua dituntut untuk mensejahterakan keluarga mereka terutama anaknya sendiri. Hal ini bisa berakibat cara berbicara terhadap anak tidak dapat dikontrol, intonasi naik dan cenderung keluar kata² perintah dan cenderung kasar.
Permasalahan antara suami dengan istri juga dapat mempengaruhi anak. Orang tua yang sering bertengkar dapat didengar oleh anak, menciptakan kengerian dan traumatis terhadap anak.
Secara psikologis, seorang anak dapat mendapatkan tekanan mental dari orang tua. Dan bisa dipraktekan kepada orang lain (terutama teman sepermainan), dengan berkata dengan intonasi tinggi, mudah emosi, dan enteng mengucapkan kata² kasar.
5. Sentuhan fisik yang mengancam dan berbahaya
Sentuhan fisik itu wajib sebagai wujud kasih sayang orang tua terhadap anak, namun jika sentuhan fisik tersebut dapat mengancam dan berbahaya itu lain hal. Sentuhan fisik yang mengancam dan berbahaya seperti tamparan, cubitan, tendangan bahkan pukulan, terkadang pula sentuhan fisik dapat berupa perilaku seksual yang menyimpang. Anak bukanlah sansak tinju, atau tempat pelampiasan hawa nafsu serta emosi.
Seperti penjelasan nomer 4 tadi, perilaku orang tua dapat ditiru oleh anak. Anak akan membawa dendam atas perilaku orang yang telah menghancurkan mental mereka. Dapat kita lihat dengan perilaku bullying yang sering terjadi di sekolah, pertanyaan kami : bagaimana pola asuh orang tua kepada si anak sehingga anak tersebut tega melakukan bullying kepada orang lain???
6. Kata² yang tidak pantas diucapkan.
Kebiasaan/perilaku orang tua yang dapat ditiru oleh anak yang paling sederhana adalah kata² kasar yang pernah keluar dari mulut orang tuanya dan/atau orang yang dikenalnya. Kami (#Blogger_Jomblo) sering menemui anak² yang dengan fasih mengucapkan kata² kasar seperti “anjing, bajingan, asu, jancuk, babi, monyet, setan, dll”. Kok bisa anak kecil ngucapin kata² kasar dengan fasih, seperti sudah terbiasa mengucapkan kata² tersebut.
7. Tidak adanya waktu untuk anak.
Waktu yang hilang untuk memberikan perhatian terhadap anak akan membentuk karakter anak menjadi self sustain dan tidak mau bergantung kepada orang tuanya bahkan cenderung tidak mengenal orang tuanya. Mereka akan lebih dekat dengan orang lain seperti temannya, tetangganya atau baby-sitternya.
8. TV/Gadget Junkies
Ini permasalahan yang sebenarnya terjadi di masyarakat modern, dimana orang tua tidak mempunyai kendali atas filtering konten yang ada di televisi. Anak dibiarkan dan terkesan dibiasakan menonton sinetron² yang mengajarkan kekerasan, perilaku tidak pantas yang dilakukan public figure, bahkan menonton tayangan kriminal yang mulai sering dipertontonkan di jam² dimana anak dapat menonton televisi.
Selain itu, pemberian gadget juga bisa membuat anak malas dan lebih senang menyita waktu mereka dengan gadget yang mereka dapatkan. Padahal niat awalnya adalah untuk mempermudah anak dalam belajar dan anak lebih sadar teknologi. Namun permainan² tradisional jadi terlupakan, permainan tradisional kebanyakan mendidik anak untuk berbagi, bersaing secara kompetitif, dan terdapat pelajaran² seperti fisika, matematika dsb. Contoh : permainan Gangsing (pelajaran fisika), permainan Benteng (persaingan merebut benteng dan menyelamatkan teman), dan lain sebagainya.
- permainan tradisional indonesia congklak (pic from Tempo.co)
- permainan tradisional ular naga dari Indonesia
- permainan tradisional Indonesia gundu dan gasing
Harap diingat, anak dapat meniru perilaku/kata²/pemikiran dari yang dia lihat, rasakan, dan alami. Kesalahan Pola Asuh Terhadap Anak menjadi pelajaran yang berharga supaya kita tidak melakukan kesalahan² tersebut jika kita menjadi orang tua(bahkan guru) terutama kami #Blogger_Jomblo. Kita sudah pernah jadi anak², kita pernah mengalami hal tersebut, dan kami tidak ingin hal tersebut terjadi kepada anak² kami.
Selagi masih bisa, mari kita perbaiki Pola Asuh Terhadap Anak agar masa depan Indonesia jauh lebih baik dan Indonesia memiliki penerus yang progressif dan “Open Mind” ketimbang jaman kita.
Sekian. Mohon maaf jika terjadi kesalahan pengetikan dan/atau kata yang kami pergunakan menyinggung teman² pembaca sekalian.
admin – BloggerJomblo.com